Part 2 — "Lamaran yang Tak Diduga"

📖 Part 2 — "Lamaran yang Tak Diduga"

Hujan rintik-rintik menyapa sore di pesantren ketika Bilqis menerima sebuah surat tak bernama. Kertasnya dilipat rapi, hanya bertuliskan satu kalimat: "Jika kamu bersedia, aku dan orang tuaku akan datang esok untuk meminangmu." Jantung Bilqis berdetak kencang, matanya terpaku, pikirannya kacau.

Ia menatap langit-langit kamarnya, bertanya-tanya siapa yang mungkin mengirim surat itu. Bilqis bukan tipe santriwati yang jadi pusat perhatian. Ia lebih suka diam, membaca buku, dan menulis catatan harian penuh doa dan renungan. Tapi hari ini… hatinya terasa terusik.

Malamnya, Bu Nyai memanggilnya ke ruang tamu. Di sana, duduk seorang lelaki muda bersarung, berjenggot tipis, dengan wajah teduh. Di sampingnya, pasangan suami istri yang ternyata adalah orang tuanya. Lelaki itu memperkenalkan diri, “Saya Harits. Alumni pondok ini. Saya sudah lama memperhatikan Bilqis dari kejauhan. Bukan karena cantiknya, tapi karena akhlaknya.”

Bilqis terdiam. Ia menunduk. Bukan karena malu, tapi karena hatinya sedang menimbang. Ia belum pernah berbicara langsung dengan laki-laki selain ayah dan ustadznya. Tapi nada bicara Harits begitu santun, penuh adab. Ia tak menggombal, tak memaksa, hanya mengutarakan niat baik.

“Tidak perlu dijawab hari ini,” ujar Harits lembut. “Jika kamu merasa ini takdir, silakan beri kabar. Jika belum, kami tak akan memaksa. Kami datang dengan niat menjaga, bukan menjerat.” Kalimat itu membuat hati Bilqis terasa hangat—dan bingung di saat yang sama.

Sepanjang malam, Bilqis tidak bisa tidur. Ia berdoa di atas sajadahnya, membuka mushaf, dan membaca ayat-ayat yang biasa menenangkannya. Di tengah tangisnya, ia menggumam, “Jika ini dari-Mu, Ya Allah… mudahkanlah. Jika tidak, jauhkan dengan cara yang lembut.”

Keesokan harinya, pesantren mulai ramai membicarakan kabar lamaran itu. Teman-teman sekamarnya penasaran, bahkan ada yang diam-diam iri. Tapi Bilqis tetap tenang. Ia tahu, ini bukan sekadar perasaan. Ini tentang masa depan, tentang amanah hati dan restu Ilahi.

Dan kini, ia hanya punya satu hari untuk menjawab: menerima lamaran Harits… atau menguburnya dalam diam.

🕊️ Menurutmu, apakah Bilqis akan mengikuti kata hatinya atau memilih menunggu tanda lain dari Allah?

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel