Penghancur Amal di Era Digita

 

Oleh: Yovie Kyu

SAAT ini, berbagai macam situs social media banyak membanjiri kehidupan kita. Satu orang aja bisa jadi punya tiga bahkan empat akun di situs yang berbeda-beda. Di

situ kita bisa nulis, foto narsis, posting dan bagikan kabar apa saja kepada banyak orang. Termasuk juga pamer amal kebaikan yang terkadang tak sadar kita lakukan.

Kita dirikan shalat, keluarin sedekah, dan jalankan ibadah lainnya kemudian menganggap semuanya telah sempurna. Namun, gimana kalo misalnya Allah melihat semua amalan itu bukanlah apa-apa? Bernilai nol, rusak karena riya yang menyertai kita?

Hah, riya? Kok bisa?

Riya merupakan sifat tercela dimana seseorang merasa ingin dipuji atas perbuatan baik yang telah dilakukannya.

Karena kebaikan yang diumbar lewat status yang diperbaharui setiap hari, bisa jadi semua jerih payah yang telah dia kerjakan tak bernilai apa-apa lagi. Lantas apa yang akan dia bawa saat menghadap Allah nanti?

Media sosial yang seharusnya jadi ajang tegur sapa, sharing informasi dan wawasan berharga. Namun kini seolah menjadi pengganti catatan amal kebaikan malaikat yang diberi tugas dan wewenang oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Nah lho, mau saingan sama malaikat buat nyatetin setiap amalan?!

Dalam kitab Syu’ab Al-Iman, Imam Al-Baihaqi berpesan:

“Sembunyikanlah kebaikan-kebaikanmu sebagaimana engkau menyembunyikan keburukan-keburukanmu, dan janganlah engkau kagum dengan amalan-amalanmu, sesungguhnya engkau tidak tahu apakah engkau termasuk orang yang celaka (masuk neraka) atau orang yang bahagia (masuk surga)”.

Saat kita berbuat kesalahan, tentu kita tidak ingin orang lain mengetahui kesalahan kita tersebut. Maka, begitu pula dengan kebaikan, kita seharusnya melakukan hal yang sama.

Menyembunyikan kebaikan-kebaikan kita tersebut sehingga tidak ada orang yang mengetahuinya. Dengan demikian kita bisa selamat dari jeratan riya.

Jika kita melihat orang-orang shalih terdahulu, niscaya kita akan mengenal mereka sebagai pribadi-pribadi yang benci ketenaran. Mereka akan senang kalau nama mereka tidak disebut-sebut oleh orang lain.

Mereka senang kalau tidak ada yang mengenal mereka. Hal ini dilakukan demi menjaga keikhlasan hati mereka dan takut akan fitnah yang ditimbulkan oleh manusia.

What a conclusion?

Jaga diri buat gak update status yang berisikan laporan amal kebaikan kita. Bersihkan segala bentuk penyakit riya yang menjangkiti dan membahayakan amal kebaikan sebagai bekal menghadap Allah subhanahu wa ta’ala di kemudian hari.

Jangan sampai kita yang udah cape-cape beramal kemudian hangus pahalanya gara-gara riya menjangkiti hati kita. Wallahu a’lam bishawab. []

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel