Kapan Kamu Merasa Bahagia?

Oleh: Ahmad Yusuf Abdurrohman

SETIAP orang pasti memiliki harapan dan cita-cita. Dan kebanyakan orang pasti menjadikan kebahagiaan sebagai harapan dan cita-citanya. Terutama bahagia dunia akhirat sudah pasti menjadi idaman setiap muslim.

Ya, bahagia adalah harapan kita semua. Dalam hidupnya, manusia pasti menginginkan kebahagiaan.

Kebahagiaan di dunia, banyak sekali macamnya. Mulai dari bahagia karena memiliki harta yang cukup. Bahagia memiliki keluarga yang harmonis, memiliki hal-hal yang serba baik dan bagus. Serta hal lain semisalnya.  Tentu kita semua telah mengetahui apa yang akan membuat diri kita bahagia.

Nah, pertanyaannya sekarang adalah kapankah kita akan merasa bahagia? Saat ini, esok hari, tahun depan, atau kapankah?

Sebenarnya, kapan saja kita bisa menjadi orang yang bahagia. Namun, terkadang kita sendirilah yang menunda kebahagiaan tersebut.

Ketika ada yang bertanya, “Kapan kamu merasa bahagia?”

Terkadang kita menjawab, “Ketika saya sudah punya rumah, ketika saya sudah punya mobil, dan lain sebagainya.”

Atau, kita akan menjawab, “Ketika anak saya sudah berkeluarga semua.” Lalu, jika  ditanyakan, “Anaknya sudah umur berapa?”

“Baru masuk SD.”

Nah, jika begini bukankah kebahagiaan itu lama sekali?

Bagaimana cara mempercepatnya? Bisakah dengan software tertentu atau aplikasi tertentu? Tentu saja tidak, Saudaraku. Yang perlu kita lakukan adalah mengubah mindset atau pola pikir kita.

Kebahagiaan, bukanlah ketika kita memiliki segalanya. Akan tetapi kebahagiaan adalah ketika kita bisa mensyukuri apa yang telah  dimiliki.

Marilah kita bersyukur. Mensyukuri segala sesuatu yang telah kita miliki. Maka, ketika itulah dengan izin Allah SWT kebahagiaan itu akan terwujud dalam kalbu.

Bersyukurkah! Karena dengan syukur Allah akan menambahkan nikmatnya pada kita.

Bukankah Allah berfirman, “Jika kalian bersyukur. Maka akan Aku tambahkan (nikmat) untuk kalian. Dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya adzabku amatlah pedih.” (QS. Ibrahim: 7)

Karena, kebahagiaan yang yang hakiki adalah kebahagiaan hati. Dengan cara merasa cukup dengan apa yang telah kita miliki.

Sedangkan untuk kebahagiaan akhirat, kita harus memperjuangkannya dengan beramal shalih yang sebaik-baiknya.

Dunia ini ibarat ladang bagi kita untuk mempersiapkan kehidupan akhirat kelak. Maka, berbekallah.

“Dan berbekallah, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (QS. Al Baqarah: 197)

Semoga Allah menjadikan kita orang-orang yang berbahagia di dunia dan di akhirat.

Sumber: Islam Pos

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel