Sering Merasa Sial, Awas Jangan-jangan karena Maksiat

Bolehkah kita merasa sial? Apakah benar kesialan berhubungan erat dengan kemaksiatan yang kita lakukan? Mari kita pahami penuturan dari muslim.or.id untuk perkara yang satu ini:

Dari Abdullah bin Masud radiyallahu’anhu, ia berkata: “Seandainya kesialan itu ada, maka ia ada pada sesuatu di antara dua tulang rahang, yakni lisan. Dan tidak ada sesuatu yang lebih pantas dipenjara dalam waktu yang lama daripada lisan.” (Mushannaf Abdurrazzaq, no. 19528).

Al-Hafizh Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Adapun mengkhususkan kesialan pada suatu waktu dibanding waktu lain seperti bulan Safar, atau selainnya, maka tidaklah dibenarkan. Sesungguhnya seluruh waktu itu diciptakan oleh Allah ta’ala dan di dalamnya terjadi perbuatan anak Adam.”

Misal, kita menganggap kesialan akan datang ketika menikah di bulan muharram. Tentu saja itu tidak benar dan pandangan tersebut terlarang secara syariat. Kesialan sesungguhnya adalah ketika kita bermaksiat kepada Allah Ta'ala dan lalai dalam mengerjakan perintahnya.

Sebagian orang shalih ketika dikeluhkan tentang musibah yang menimpa manusia, orang-orang shalih tersebut berkata,

“Tidaklah aku mengira (musibah) yang terjadi pada kalian, kecuali karena kesialan akibat dosa-dosa kalian”.

Demikian juga, Abu Hazim rahimahullah berkata: 

“Apapun yang membuat engkau lalai terhadap Allah, baik itu keluargamu, hartamu, atau anakmu, maka itu adalah kesialan bagimu.” (Lathaiful Ma’arif: 151)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel