Pentingnya Menjaga Lisan dan Perbuatan
Ada kisah menarik di dalam kitab Thobaqotul Quro karya Imam Ad-Dzhabi. Suatu hari, seorang ulama ahlul Qur’an dari Kufah bernama Imam Abu Al-Hasan Al-Kisai menjadi imam di sebuah masjid besar. Tak disangka, salah satu dari makmum yang beliau imami adalah seorang ulama ahlul Qur’an juga bernama Imam Yahya bin Mubarok dari Kota Bashroh.
Singkat cerita ketika Imam Kisai menjadi imam, beliau lupa dengan surat pendek yang beliau baca pada saat itu. Kemudian setelah selesai shalat, Imam Yahya bin Mubarok berkata: “Sebesar ulama besar Kufah kok baca surat pendek saja masih lupa.” (Dengan nada meremehkan). Mendengar hal itu, Imam Kisai pun terdiam.
Kemudian di waktu shalat selanjutnya, giliran Imam Yahya bin Mubarok lah yang menjadi imam shalat di masjid yang sama. Tak disangka-sangka, ketika shalat di Mulai, Imam Yahya bin Mubarok malah lupa dengan surat Al-Fatihah. Bahkan dalam kitab Thobaqotul Quro dikatakan beliau sampai terkunci mulutnya dan tidak bisa membaca Al-Fatihah sama sekali. Akhirnya posisi imam pun diganti oleh orang lain.
Setelah selesai shalat, kemudian Imam Kisai mendatangi Imam Yahya bin Mubarok dan menasihatinya : “Sesungguhnya segala kejelekan apapun yang keluar dari mulut kita, maka kejelekan itu akan kembali kepada kita sendiri”.
Mendengar nasihat itu, akhirnya Imam Yahya bin Mubarok pun menangis dan meminta maaf kepada Imam Kisai.
***
Kisah dua ulama besar dalam Kitab Thobaqotul Quro ini memberi pelajaran kepada kita semua bahwasanya sebesar apapun nama seseorang, sebanyak apapun ilmu seseorang, setinggi apapun nasab seseorang dan apapun itu alasanya, tidak diperkenankan baginya untuk mencaci-maki orang lain. Apalagi dia adalah seorang pemuka agama. Karena bagaimana pun itu, akhlak derajatnya jauh lebih tinggi dari ilmu dan nasab. Bahkan sekelas Habib sekalipun.
Tabik!
Baca juga: Adab Seorang Santri kepada Guru dan Kunci Memperoleh 'Futuh'
***
Penulis: M Fachry Fanani
Editor: Muhammad Mihrob
Sumber: laduni.id