Begini Nasib Tragis Pembenci Shalawat

Alkisah, hidup seorang pecinta Rasulullah SAW, Abdullah bin Mubarok namanya. Nafas yang dihembuskannya tak pernah lepas dari menyebut nama sang kekasih, Nabi Muhammad Saw. Mulutnya selalu terbasahi oleh ucapan shalawat kepadanya.

Suatu saat, ia didatangi seseorang yang begitu membenci bacaan shalawat yang terus didengungkannya. Ia menenteng senjata tajam. Kala berhadap-hadapan dengan Abdullah, ia angkat senjatanya. Ia tarik lidah Abdullah, dan.... Crass! Lidah Abdullah tergelepar di atas tanah.

Abdullah merintih kesakitan. Sang pemotong lidah itu berlalu dengan bangga. Gembira karena tak bakal ada lagi lantunan shalawat yang mengganggunya.

Tetapi, pena malaikat tak diam. Ditulisnya peristiwa itu. Di waktu yang tak disangka-sangka kelak, laknat Allah dihujamkan padanya.

Seusai kejadian kejam itu, Abdullah yang tak bisa lagi mendesahkan shalawat dengan bahagia, tentu saja berkeluh-kesah. Rasulullah, kekasih yang selalu ia sebut namanya itu, mendengar keluh-kesah itu.

Rasulullah hadir di dalam mimpi Abdullah, didengarnya kisah mengerikan itu. Maka kemudian lidah Abdullah tersambung seperti sediakala, sementara si pemotong lidah terkutuk tersebut menjadi seekor kera.

Sangat lama kera itu menanggung perbuatannya. Sang anak, yang tak tega melihat penderitaan ayahnya, berulangkali memohonkan maaf atas peristiwa itu kepada Abdullah.

Ia memohon dengan sebenar-benarnya. Ia berjanji, jika Abdullah mau memaafkan, maka akan ia tebus dengan bacaan shalawat sepanjang hidupnya.

Hati Abdullah bin Mubarok yang penuh belas kasih, menerima permohonannya. Maka sang ayah sembuh seperti semula. Dan sang anak berjuang memenuhi janjinya: mengembuskan shalawat bersamaan dengan setiap detak jantungnya.

Kisah ini disarikan dari mauidhoh hasanah KH. Abdulloh Kafabihi Mahrus

Allahumma Sholli 'ala Sayyidina Muhammad…

Sumber: laduni.id


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel