Ini Kaitan Syukur dan Hakikat Ibadah Menurut Rasulullah SAW
Menurut Dr Quraish Shihab, nikmat atau ni'mah asal katanya adalah "kelebihan" atau "pertambahan". Bila pada awalnya kita tidak memiliki sesuatu, kemudian kita memperoleh sesuatu; maka kondisi memperoleh sesuatu itu adalah pertambahan atau kelebihan.
Dalam sebuah kesempatan tiga orang sahabat Rasul, yaitu Ibnu Atha, Ibnu Umar, dan Ubaidullah bin Umar mendatangi rumah Siti Aisyah. Waktu itu Rasulullah SAW telah berpulang ke hadirat Allah. Salah seorang dari mereka bertanya, "Beritahukanlah kepada kami kisah Rasulullah SAW yang paling mengesankan bagi Engkau?". Mendengar pertanyaan itu, Siti Aisyah tampak sedih dan menangis. Setelah itu ia berkata, "Setiap perilaku Rasulullah SAW berkesan bagiku".
Aisyah melanjutkan, "Pada suatu saat Rasulullah SAW datang kepada saya dan berbaring di atas tempat tidur. Kemudian beliau bersabda: "Wahai Aisyah, apakah engkau memberikan izin kepadaku untuk menyembah Tuhan-ku?". Saya (Aisyah) menjawab, "Demi Allah saya sangat menghargai keinginan Engkau dan menyukai kedekatan dengan Engkau. Saya mengizinkan!".
Setelah itu Rasulullah SAW bangkit lalu berwudu dan berdiri untuk melakukan sholat. Beliau mulai melakukan sholat hingga air mata beliau bercucuran membasahi dada. Setelah sholat, sambil bersandar (berbaring) ke sebelah kanan, sedemikian rupa beliau duduk (berbaring) sehingga tangan kanan beliau berada di bawah pipi sebelah kanan. Kemudian beliau menangis lagi hingga air matanya berjatuhan ke lantai.
Pada waktu sholat Subuh Bilal datang ke rumah. Melihat keadaan Rasulullah SAW sedemikian rupa, Bilal pun bertanya, "Ya Rasulullah SAW, mengapa Anda menangis, sedangkan Allah telah memaafkan semua kesalahan Anda, baik yang telah lalu maupun yang akan datang?".
Rasululah SAW menjawab, "Tidak bolehkah saya menjadi hamba yang bersyukur? Bagaimana saya tidak menangis, sebab Allah Tuhan-ku telah menurunkan ayat ini kepadaku".
Lalu Rasulullah SAW membacakan QS Ali Imran ayat 191-192. "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat Tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi [seraya berkata]: Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka."
Sumber: Republika.co.id