Jangan Terlalu Mudah Memvonis Seseorang, Karena Bisa Jadi yang Kamu Lihat Hanya Cuplikan Dari Realita
Menghakimi orang lain dengaan adil amatlah sukar, kita banyak sekali menghakimi orang dengan mulut kita tanpa mengetahui keadaan sebenarnya karena semua akan mengarah kepada gosip yang sangat merugikan orang lain.
Bukan kebaikan yang akan didapatkan jika kita menvonis orang lain, malah energi negatif akan tertarik ke diri kita, pahala ibadah kita selama ini akan tersedot ke orang lain yg kita bicarakan tersebut, dan ujungnya kita akan gelisah menjalani hidup ini.
Apalagi cerita yang kamu ceritakan terhadap orang lain belum tentu benar, karena sering kali seseorang yang senantiasa menghakimi orang lain bersalah akan berbicara lebih tanpa tahu realita yang sebenarnya.
Neraka Bukan Urusanmu Karena Belum Tentu Surga Menjadi Tempatmu
Jika pikiranmu dipenuhi untuk menilai kekurangan orang lain setiap hari, maka tidak ada ruang dipikiranmu untuk menilai kekurangan diri sendiri. Akhirnya tidak ada waktu bagimu untuk meningkatkan kapasitas diri karena sibuk menilai orang lain setiap hari…!”Ketahuilah bahwasannya membicarakan keburukan orang lain adalah hal yang merugi, sebab energimu akan terkuras jika dari bangun tidur sudah membicarakan aib orang lain.
Otakmu tak akan punya ruang untuk berpikir bagaimana caranya menjadi orang yang produktif, bagaimana cara belajar yang baik, bagaimana cara berbisnis yang bisa meningkatkan profit, bagaimana cara mendidik anak dan membina hubungan keluarga yg harmonis, dll.
Yang kamu tahu hanya menghakimi orang lain, padahal neraka bukan urusanmu karena belum tentu surga menjadi tempatmu.
Lisan Itu Bisa Menembus Apa Yang Tidak Bisa Ditembus Oleh Pandang
Lisan itu bisa menembus apa yang tidak bisa ditembus oleh pandangan kita, tanpa kita sadari terkadang celotehan kita mampu membuat hati seseorang nyeri. Lisan kita juga menjadi tolak ukur bagaimana kepribadian kita dalam bersikap pada sesama.Seseorang bisa dikatakan baik jika tindakannya yang berupakan sebuah kalimat mampu terjaga, mampu mengendalikannya sebelum terucap, karena mulutmu adalah harimaumu.
Sindiran Adalah Kepedulian Yang Tertunda
Haduhhhh…. yok opo iki rek?! Sindiran adalah kepedulian yang tertunda, tapi orang yang benar-benar peduli tidak akan membiarkanmu hidup dalam kesalahan yang berkelanjutan.Ia tidak akan menunda untuk memberitahukan letak kesalahanmu, bukan malah bersuara lantang menyindir sesuka hati dihadapan orang lain. Lalu apakah menyindir sama hukumnya dengan menggunjing?
Menurut kaca mata Islam sebagaimana yang telah tercantum dalam buku Al-fiqhu Al-islamWa Adillatuhu yang dikarang oleh Dr. Wahbah Zuhaili, ia menjelaskan bahwa “Segala Permasalahan Tergantung Tujuan dan Niatnya” sebagimana pula sabda Rasullullah SAW “Innamal A’malu Bin-Niyat” yang artinya “segala Sesuatu Itu Tergantung Niatnya”.
Jadi intinya adalah jika niatmu benar tentunya kamu tidak akan membenarkan sesuatu yang menurutmu salah menggunakan cara yang salah. Karena menyindir bukan cara yang benar untuk memberitahukan kesalahan orang lain.
Berusahalah Untuk Tidak Berbicara Kotor Kepada Orang Lain, Karena Maaf Saja Tidak Cukup Memperbaiki Semuanya
Kita diberi karunia otak dan hati oleh Allah agar bisa berfikir dalam bertindak, agar bisa merasakan akibat dari tindakan yang kita lakukan.Salah satunya adalah menjaga lisan kita untuk tidak berbicara kotor, karena menjaga untuk tidak berbicara sembarangan adalah tanggung jawab kita sebagai insan yang sudah diberi taggung jawab otak dan hati.
Meminta maaf ketika kita menyakiti hati orang lain memang sebuah jembatan untuk bisa memperbaikinya, tetapi kita tidak tahu apakah dibawah jembatan itu terdapat sungai yang dangkal atau malah sebaliknya.
Belum tentu ketika ucapan maaf itu bisa menyembuhkan kembali luka yang sudah terjadi, karena kita tidak bisa mengukur seberapa besar ketabahan hati seserang.
Dan sebab itulah kita dituntut untuk selalu tidak berbicara kotor kepada orang lain karena kata maaf saja kadang tidak bisa memperbaikinya dengan cepat.
Bedakan Antara Pantat Dan Mulut!
Secara kasat pendegaran mungkin kita akan merasa aneh ketika mendengar kalimat “Bedakan Antara Pantat Dan Mulut!”. Tetapi ini hanya ibarat saja untuk orang-orang yang memang kurang suka menjaga omangannya.Perumpamaannya adalah ketika seseorang ingin mengeluarkan angin ia masih memikir terlebih dahulu apakah disekelilingnya ada orang atau tidak, begitupun juga dengan mulut karena kalau tidak tak akan ada bedanya antara mulut dan pantat.
Jika pantat saja masih bisa melihat-lihat keadaan untuk membuang angin, maka mulutpun harusnya jauh lebih bisa mengendalikan keadaan sebelum terucap menjadi sebuah kalimat.
Jangan Sampai Merasa Lebih Baik Dari Pada Orang Lain, Tetapi Merasa Baiklah
Dan inilah salah satu faktor mengapa kita sering memvonis dan menghakimi kedaan orang lain dengan sesuka hati, sering kali kita merasa lebih baik. Apakah merasa lebih baik itu dilarang?Iya merasa lebih baik itu memang tidak boleh, karena sifat tersebut dapat menghantarkan kita kepada sifat kurang baik lainnya seperti merasa diri kita lebih tinggi, merasa lebih berwewenang dan merasa lebih dari segala-galanya.
Karena sifat seperti itulah yang akan menjerumuskan kita pada sifat kesombongan diri dan selalu merasa benar sendiri, tetapi merasa baiklah kita dalam membawa diri.